Jumat, 10 September 2010

Bermula dari Coba-coba dan “Bisnis Bodoh''

Smaller  Reset  Larger
REPUBLIKA.CO.ID, Alhamdulillah, saya lahir dari keluarga yang melarat. Bagi keluarga orang tua saya, airlah satu-satunya yang gratis, lainnya harus dibeli. Hebatnya, walaupun PNS Golongan IIB, dengan 7 anak, dan tanpa usaha apapun, ayah saya mampu mencetak saya menjadi sarjana pertama “wong cilik” di kampung. Saya bangga dan terus bersyukur, terlebih lagi kedua orang tua.

Namun di balik kebanggaan itu, tebersit penyesalan yang mendalam. “Mengapa saya hanya memilih SPG, IKIP, dan akhirnya hanya menjadi seorang guru? Mengapa tidak SMA lalu menjadi insinyur?” Penyesalan itu terus bertambah, terlebih setelah empat kali tidak lolos tes CPNS (1989—1992). Bagi saya itu pukulan amat berat. Karena semua orang tahu bahwa semasa bersekolah saya selalu mendapat beasiswa.

Anehnya, di balik penyesalan itu, orang tuaku tetap bangga. Setidaknya karena saya tetap bersepatu, meskipun hanya  sebagai guru honorer di SMP-SMA yang “la yamutu wa la yahya” dengan gaji yang pas-pasan untuk membeli bensin buat vespa super butut. Kebanggan orang tua itu menghambat keinginan saya untuk mengadu nasib di negeri seberang. Akan tetapi, setelah saya melakukan “aksi menangis” selama seminggu, saya pun diperbolehkan merantau.

Dengan honorarium dari harian Surya, majalah Mimbar Pembangunan Agama, dan Radio Suara Jerman Deutsche Welle, pada tanggal 10 November 1992 saya berhasil hengkang ke Kaltim. Betul! Di rantauan itu mata saya makin terbuka, pekerjaan banyak dan bisa saya pilih. Bagai kutu loncat, saya pun pindah-pindah kerja. Empat bulan menjadi Editor Program di sebuah Radio FM, 3 bulan menjadi wartawan, 1 tahun menjadi guru Yayasan Pendidikan Pupuk Kaltim dan dosen Universitas Trunojoyo, dan 2 tahun berikutnya menjadi guru di Yayasan Pendidikan Prima PT KPC.

Tidak cuma sampai di situ. Sejak 1996, saya pun merantau ke Indonesia timur dan bergabung dengan Yayasan Pendidikan Jayawijaya milik PT Freeport di Papua. Akan tetapi, apa mau dikata? Lagi-lagi, perpindahan tempat, selama pekerjaannya tetap guru, ternyata tidak membawa perubahan berarti secara finansial. Guru tetaplah guru. Gajinya tetap  segitu-segitu, tidak sebaik nasib karyawan non-guru.

Setelah menyadari kenyataan itu, akhirnya bulan Juli 1998 saya putuskan untuk coba-coba berjualan komputer di rumah. Mula-mula saya membawa beberapa unit komputer untuk memenuhi jatah bagasi pesawat saat cuti. Dengan iklan ala kadarnya, alhamdulillah, jualan saya laris manis. Selang dua tahun berikutnya, saya menyewa toko di tengah Kota Timika. Alhamdulillah pula pelanggan makin banyak dan jualan makin laris.

Melihat usaha saya hasilnya lumayan, seorang sahabat yang baik hati dan tulus (meskipun beliau tinggal di Jakarta) mempercayakan modalnya yang luar biasa besar untuk saya putar. Modal dari sahabat saya itu saya belikan 3 angkot (untuk diversifikasi usaha). Dengan membeli 3 angkot, setidaknya tiap hari ada setoran Rp 300.000,00. Kalau toh ada yang harus masuk bengkel salah satunya, yang dua masih bisa jalan dan tetap ada masukan. Itu artinya tungku masih tetap bisa mengepulkan asap. Nah, bisnis angkot ini saya bilang bisnis bodoh karena risikonya relatif kecil (trayeknya cuma dalam kota dan kecepatan 40 km).

Meskipun sudah menjadi guru dan “pengusaha”, pikiran saya masih tertarik untuk melakukan diversifikasi usaha lagi, terutama supaya tidak shock menghadapi masa pensiun. Oleh karena itu pula, saya mengajak rekan-rekan guru di manapun mengabdi, ayolah cari income di luar gaji.

Pilihlah bisnis yang risikonya relatif kecil atau bisnis bodoh sebagai langkah awal! Jangan menggantungkan diri pada gaji saja! Apalagi menggantungkan hari tua hanya pada uang pensiun! Jangan! Biarpun rezeki sudah diatur oleh yang di atas, kita harus tetap melebarkan usaha.

Munthoha E.S.
Guru Bahasa Indonesia
SD YPJ Tembagapura
Red: taufik rachman

Bali Lebih Terkenal daripada Indonesia

Bali Lebih Terkenal daripada Indonesia

Kamis, 01 Juli 2010, 15:18 WIB
Smaller  Reset  Larger
Bali Lebih Terkenal daripada Indonesia
Panorama di Bali, ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Jangan heran bila Anda berbincang-bincang dengan orang asing dan mereka ternyata tak mengetahui Indonesia. Namun, ketika ditanya soal Bali, mereka cepat memberikan jawaban. Bali lebih dikenal daripada Indonesia.

Mungkin begitu ungkapan yang paling pas untuk keadaan tersebut. Tengok saja pengalaman yang dimiliki Presiden Direktur Mahaka Entertainment, Hasani Abdulgani, yang bergerak dibidang promotor pertunjukan. Dia pernah merasakan kenyataan itu saat mendatangkan artis internasional ke Indonesia.

Hasani kerap kesulitan mendatangkan artis lantaran Indonesia yang kurang dikenal. ''Untuk mendatangkan artis Indonesia tidak mudah, karena mereka lebih mengenal Bali ketimbang Indonesia,'' ujarnya.

Menurut Hasani, orang asing hanya tahu tsunami dan bom teroris yang terjadi di Indonesia. Sedangkan promotor asing senantiasa minta kepastian keamanan untuk konser di sini. Tapi, kalau Bali yang dijadikan pancingannya, tanggapan mereka jauh berbeda.

Hasani menceritakan sedikit pengalamannya saat mendatangkan Slash. Sebenarnya, Indonesia tidak termasuk daftar dalam rangkaian Slash feat. Myles Kennedy World Tour Concert 2010. ''Namun saya bergegas ke Los Angeles ketika Slash meluncurkan sebuah album baru. Saya bertemu istrinya dan saya bilang, 'Anda suka Bali','' ujar Hasani.

Istri Slash pun langsung menjawab. ''Ya, saya suka sekali,'' ujarnya. ''Bagaimana kalau anda membujuk suami anda untuk konser di Indonesia dan pergi ke Bali?'' bujuk Hasani.

''Lihat dan simple, mereka akan datang ke Indonesia. Bali adalah magnet luar biasa bagi artis internasional,'' kata Hasani.
Red: Budi Raharjo
Rep: Antara

Dompet Dhuafa Bagikan 5.000 Bibit Pohon

Dompet Dhuafa Bagikan 5.000 Bibit Pohon

Ahad, 27 Juni 2010, 11:54 WIB
Smaller  Reset  Larger
.
Dompet Dhuafa Bagikan  5.000 Bibit Pohon
.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Tak kurang 5.000 bibit pohon dibagikan Dompet Dhuafa (DD) Republika kepada masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Bibit-bibit tersebut diberikan kepada 5.000 peserta jalan sehat yang bertema 'Hijau untuk Negeri'.

Presiden Direktur DD Republika, Ismail Said mengatakan, kegiatan jalan sehat dan pembagian bibit pohon itu adalah dalam rangka ulang tahun DD Republika ke-17. Tak hanya itu, hal ini juga menjadi rangkaian kampanye program sedekah pohon. "Dengan kegiatan itu, kami berharap masyarakat turut berpartisipasi langsung dalam menangani dampak pemanasan global," ujar Ismail.

Sementara itu Ketua Panitia jalan sehat 'Hijau untuk Negeri', Baskoro Adiwiyono, menyambut baik antusiasme partisipasi masyarakat. "Data terakhir yang masuk memang kurang lebih 5.000 orang," ujarnya. Namun jika dilihat di lapangan, dia memperkirakan jumlah peserta lebih besar.

Dengan semakin tinggi antusiasme masyarakat, dia berharap Kota Jakarta menjadi lebih hijau. "Satu peserta kita berikan satu bibit pohon," jelas Baskoro.

Salah seorang peserta, Nasrul Iman mengatakan, sangat senang dengan acara jalan sehat ini. Karena, imbuhny, selain dapat berolahraga dia berkesempatan untuk menghijaukan Kota Jakarta. Namun sayang, "saya anak kos,tuturnya. Akibatnya, dia mengaku tidak tahu di mana bibit pohon itu ditanamnya. " Kosan saya di Pancoran, dan tidak ada halamannya," keluhnya.
Red: Siwi Tri Puji.B
Rep: c13

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI SEKITAR KITA

Assalamualaikum wr.wb
saya sangat tertarik dengan pemikiran penanggulangan kemiskinan,hanya saja terus terang sy sering kecewa melihat aplikasi dilapangan banyak yang tdk tepat arah atau hanya sekedar ingin dikenal dan mencari nama terutama pada saat pemilihan"dpr,dpd atau pejabat"lain.janji selangit sblm terpilih tp setelah terpilih sy tdk melihat satupun janji"tersebut lalu sy berpikir mungkinkah merekah tertekan dengan politik,kekuasaan atau apalah yg menyebabkan mereka lupa dengan niat mulia mereka.
  maka dari itu sy yg cuma masyarakat biasa yg terbatas ekonomi dan fasilitas mencoba berusaha menyumbangkan pemikiran dan pelaksanaan di masyarakat saya mulai dari masyarakat sekitar tempat saya sekarang
 antara lain sebagai berikut:
1.kami membeli beberapa kursi (500 buah) dimana kursi ini kami pinjamkan kemasyarakat yg memiliki hajatan baik itu pernikahan,kematian,pertemuan,dll(walaupun krsi ini msh kurang)
     -ini sangat membantu masyarakat krn tdk terbebani lagi dengan menyewa kursi
     -lalu infestasi ini berjalan terus dan bagi penyumbang"kami akan mendapatkan pahala amal jariah  yg berjalan terus selama bantuan kursi" ini terus berjalan.
2.bantuan tenda
        ada beberapa jenis tenda yg kami miliki hanya masih terkendala jumlah yg tidak mencukupi keperluan masyarakat
3.bantuan listrik
         mulai dari instalasi,kabel balon dll
4.bantuan hukum
         bagi masyarakat di wilayah kami yg ada masalah hukum dan memerlukan bantuan hukum baik itu perdata maupun pidana kami telah bekerja sama dengan beberapa LBH yg siap membantu krn kenyataan dimasyarakat banyak yg tidak mengerti hukum dan tertindas oleh orang"yg berkuasa
5.bantuan fisik
   kami mengumpulkan masyarakat yang terdaftar dalam organisasi ini untuk membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan dalam pembuatan rumah,jembatan,pembersihan got dll
6. bantuan pendidikan
  kami juga membuka pengajian gratis,bantuan buku"pelajaran sekolah ( foto copy),perpustakaan mini,print,komputer,membantu anak yg kekurangan biaya untuk tetap sekolah,kursus,dll

dan masih banyak program"kami yang lain yg belum berjalan,dan isya Allah wilayah akan kami perluas sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang kami miliki.
   
  

Minggu, 05 September 2010

nuraniku

mungkin saya termasuk orang yang terlalu edialisme,atau sok peduli pada sesama atau terlalu lugu atau apalah...,yang jelas hati nuraniku selalu berharap dapat menjadi manusia yang bisa membantu masyarakat,pernah terlintas pengen jadi anggota dpd atau dpr tapi setelah saya pikir-pikir mereka juga setelah jadi anggota hampir 90% yang ingkar janji mungkin karena berada dalam lingkup politik dimana ada arus yang harus mereka ikuti makanya cukup saya jadi pengusaha sayapun dapat membantu masyarakat tampa ada tekanan atau bertengtangan dengan kekuasaan,dari pemikiran awal inilah akhirnya saya mulai mekirkan rencana rencana kedepan yang dapat mendukung misi yang ada dalam hatiku karena terus terang saya dari keluarga yang tidak mampu berarti saya harus berusaha lebih keras agar dapat menjadi pengusaha sukses